Lian Jalani Rukiyah, Sudah Main dengan Anak & Ngobrol
Lian Febriani (26) yang dicuci otak setelah hilang 4 hari ini telah dibawa oleh keluarga menjalani rukiyah. Pegawai Kemenhub ini sudah bisa bermain dengan putrinya dan berbincang-bincang bersama keluarga.
Adik Lian, Novi, mengaku sang kakak sudah kembali ke rumah sejak Minggu 10 April pukul 09.00 WIB.
"Setelah itu dibawa ke rukiyah," kata Novi di kediaman orangtua Lian, di Jalan Kran 5, Gunung Sahari Selatan, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (11/4/2011). Rumah orangtua Lian berlantai 2 dan bercat warna oranye.
Novi mengatakan, Lian sedang tidur. "Sudah agak baikan, sudah bisa bermain sama anaknya. Dia sudah mulai berbincang-bincang," ujar Novi yang mengenakan daster warna putih ini.
Ketika sejumlah wartawan ingin meminta keterangan Lian, Novi menjawab ingin minta izin dulu kepada suami Lian, Teguh. "Soalnya kalau banyak orang, dia gelagepan," kata Novi sambil masuk ke dalam rumah.
Ibunda Lian, Leni Latifah, sebelumnya mengaku Lian tidak berada di rumah. "Dia ada di Rawamangun di rumah keluarga," kata Leni.
Lian Febriani, PNS di Bagian Tata Usaha, Direktorat Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan hilang sejak Kamis (7/4) lalu. Sebelum hilang, Lian dan teman sekantornya sempat makan siang di kantin Kementerian Informasi dan Komunikasi.
Usai makan siang, Lian mengatakan kepada temannya ia akan menemui seseorang di Jl Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun hingga jam pulang kantor Lian tidak pernah kembali ke kantornya.
Sejak menghilang, Lian juga tidak pernah menghubungi keluarga maupun rekan sekantornya. Saat ditemukan, ada yang aneh dari kondisi psikologis ibu satu anak tersebut. Dia tak mengenal lagi keluarganya. Termasuk dirinya sendiri.
Penampilan Lian juga berubah. Dia menjadi memakai cadar dan membawa dua buku bertema jihad. Lian juga mengaku ingin berjihad. Dia ditemukan di Masjid Ata'awwun, Puncak, Bogor pada hari Sabtu (9/4) dan dijemput keluarganya hari Minggu (10/4) subuh
Cara Mencegah Jadi Korban 'Pencucian Otak' Seperti Lian
Ahli hipnoterapi Mardigu WP memberikan tips agar terhindar dari pelaku pencucian otak seperti yang dialami Lian Febriani (26). Waspadai orang-orang yang baru dikenal, namun memberi perhatian berlebih.
"Hindari stranger (orang asing) yang pura-pura akrab. Siapa pun orangnya," kata Mardigu saat berbincang dengan Kami.
Menurut Mardigu, modus ini sudah berkembang sejak 6 bulan lalu. Ada 11 pasien yang kini sedang ditangani pengamat terorisme ini untuk disembuhkan kejiwaannya.
Dari sekian banyak pasien, modus yang dilakukan pelaku hampir sama. Mereka menggunakan pendekatan intensif kepada korban, lalu mendoktrin korban dengan konsep jihad untuk dimintai infaq.
"Ada satu cowok didekatin mbak-mbak cantik kayak SPG, tidak pakai jilbab. Dia di-sms, ditegur segala macam. Lalu mereka janjian minum jus, ketemuan, pulang, lalu ngasih perhatian. Begitu dua kali ketemu, dia langsung infaq," urainya.
"Dia akan datang dengan berbagai cara, bisa sesama cewek, bisa cowok dan cewek atau siapa saja. Waktunya kurang dari dua minggu," lanjutnya.
Menurut Mardigu, aksi ini bisa dilakukan karena sesungguhnya otak manusia itu bisa juga mengalami error. Terutama jika diberikan informasi secara bombastis.
"Otak manusia itu hanya bisa menerima saat bersamaan istilahnya seven plus minus two. Otak manusia itu maksimal 5-9 hal dalam satu waktu. Jadi kalau saya banjiri Anda dengan banyak pertanyaan dalam satu wakti, Anda pasti hang," jelasnya.
Bagaimana proses pengobatannya? Menurut Mardigu, psikolog atau psikiater bisa menyembuhkan ingatan yang sempat dicuci oleh si pelaku. Termasuk masalah yang menimpa Lian.
"Kalau ke saya 5-7 kali pertemuan sembuh. Bisa ke psikolog atau psikiater dan terapis lainnya. Mereka cuma ngeganggu sebentar kok," sarannya.
Sebelumnya, Lian Febriani, PNS di Bagian Tata Usaha, Direktorat Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan hilang sejak Kamis (7/4) lalu. Sebelum hilang, Lian dan teman sekantornya sempat makan siang di kantin Kementerian Informasi dan Komunikasi.
Usai makan siang, Lian mengatakan kepada temannya ia akan menemui seseorang di Jl Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun hingga jam pulang kantor Lian tidak pernah kembali ke kantornya.
Sejak menghilang, Lian juga tidak pernah menghubungi keluarga maupun rekan sekantornya. Saat ditemukan, ada yang aneh dari kondisi psikologis ibu satu anak tersebut. Dia tak mengenal lagi keluarganya. Termasuk dirinya sendiri.
Penampilan Lian juga berubah. Dia menjadi memakai cadar dan membawa dua buku bertema jihad. Lian juga mengaku ingin berjihad. Dia ditemukan sendirian di Masjid Ata'awwun, Puncak, Bogor pada Sabtu dan dijemput keluarga hari Minggu (10/4) subuh.
No comments:
Post a Comment