Friday, May 27, 2011

Pernikahan Bahagia Menyehatkan Tubuh Sepanjang Dekade

Pernikahan Bahagia Menyehatkan Tubuh Sepanjang Dekade


Trik membentuk hubungan sehat bersama suami tercinta.
Pittsburgh Healthy Women Study melakukan satu studi menarik, seberapa besar pernikahan mempengaruhi status kesehatan seseorang. Dan ternyata, pernikahaan yang bahagia bisa menekan terjadinya sindrom metabolik dan obesitas.


Di awali dengan jatuh cinta, kita pun menyakini untuk berbagi hidup bersama laki-laki yang dipilih untuk menjadi teman hidup. Tapi keyakinan atas cinta yang dimiliki tak menjamin rumah tangga kita akan bebas masalah.

Sebuah survei mengagetkan menyebutkan 72 persen perempuan pernah berpikir untuk meninggalkan suaminya pada satu rentang waktu dalam pernikahan. Tapi jangan langsung pesimis, sebab 71 persen diantaranya masih tetap menyakini bahwa suaminya adalah orang yang paling tepat untuk menjadi pendamping seumur hidupnya. Survei dilakukan oleh AOL Living beberapa waktu lalu.

Dan jika diperhatikan, setiap dekade usia pernikahaan adalah masa-masa tersulit. Karena kita dan suami akan diuji dengan berbagai masalah, mulai dari menentukan pendidikan yang terbaik buat anak, situasi dilematis antara karir yang mulai membaik dan keluarga yang semakin butuh perhatian, hingga masalah kehangatan cinta yang mulai menyusup.

Jadi apa yang bisa kita lakukan agar tetap langgeng menjalin cinta bersama suami? Ikutilah langkah-langkah sehat berikut ini:

1. Jaga lingkar pinggang.
Memang apa hubungannya lingkar pinggang dengan menjaga keharmonisan pernikahan? Penelitian yang dilakukan pada 2007 lalu dan diumumkan dalam New England Journal of Medicine mengumumkan, 37 persen pasangan yang sudah menikah akan mengalami obesitas. Dan ini ternyata memengaruhi dorongan seksual dari pasangan untuk bercinta. Belum lagi risiko penyakit seperti diabetes dan serangan jantung yang membuat kualitas hidup menurun.

Karena itu, cobalah saling menyemangati untuk hidup sehat. Memiliki jadwal rutin olahraga atau memilih bahan masakan yang sehat bisa menjadi cara untuk memaksimalkan kualitas hidup rumah tangga kita.

2. Buatlah perencanaan keuangan bersama.
Mau tahu apa yang paling sering menjadi penyebab pertengkaran dalam rumah tangga? Uang, itu jawaban yang palinng sering muncul. Penelitian membuktikan, hampir 40 persen dari orang yang menikah, menggantungkan kestabilan keuangannya pada pasangan. Inilah yang kemudian membuat suami merasa beban keuangan hanya dipikul seorang diri.

Hal yang harus kita lakukan adalah suami dan isteri harus menyepakati aturan penggunaan uang. Memahami apa yang menjadi kekuatan pendapatan masing-masing dan melihat bagaimana kedua kekuatan itu bisa membuat ‘perahu’ rumah tangga berlayar dengan tenang.

“Bagi peran yang adil antara siapa yang harus membayar segala kebutuhan rumah tangga, biaya sekolah, dan dana untuk liburan keluarga,” Ken Robbins, MD., profesor klinis psikiatri dari University of Wisconsin-Madison mengingatkan. Miliki juga tujuan pengembangan keuangan, sehingga rumah tangga tak hanya sekadar berjalan ada garis datar tapi juga bisa mencapai ke titik yang lebih baik.

3. Miliki aturan khusus bagi seluruh anggota keluarga.
Robbins menjelaskan, setidaknya pada 5-10 tahun pernikahan, suami-isteri masih akan mencari aturan-aturan apa yang cocok bagi keluarga yang hendak dibentuknya. “Yang sering kita lupa, aturan-aturan itu dibuat berdasarkan bagaimana kita melihat orang tua membentuk aturan, bukan pada peraturan apa yang dibutuhkan rumah tangga kita,” tambah Robbins.

Hal ini yang memberi dampak pada peraturan atau arahan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak-anak kita. Maka sebagai orang tua, perlu merumuskan kesepakatan untuk mengimplementasikan berbagai peraturan, perhatian, kebutuhan, dan kesenangan yang sesuai dengan impian keluarga yang ingin kita bangun. “Kuncinya adalah komunikasikan setiap impian keluarga yang kita inginkan pada pasangan. Temukan titik tengah yang bisa membuat keluarga impian sebagai hal yang mungkin untuk diwjudkan.”

4. Jadikan hubungan seksual sebagai prioritas, bukan sekadar rutinitas.
Menjadikan hubungan seksual sebagai prioritas janganlah dipersepsikan sebagai sesuatu yang harus dijadwalkan dengan teratur. Jika kita berpikir hubungan seksual sebagai rutinitas, maka kita akan kehilangan kenikmatan dari interaksi intim bersama suami. Demikian Andrew Goldstein, MD., ginekolog dari Johns Hopkins School of Medicine menjelaskan.

Tahu bagaimana penelitian menggambarkan hubungan seks pada pasangan suami-isteri? Rata-rata, suami-isteri akan melakukan hubungan seks sebanyak 58 kali dalam setahun yang intensitasnya bisa lebih dari 1 kali dalam seminggu. Tapi setelah melhirkan anak pertama, intensitas hubungan seksual berkurang hingga 90 persen. “Penelitian ini dilakukan selama 8 tahun,” ucap Goldstein yang juga ikut menulis buku Reclaiming Desire.

Sebenarnya yang penting dalam hubungan seksual, Goldstein menambahkan, adalah kita dan pasangan sama-sama menikmatinya sebagai interaksi dua orang yang saling mencintai. Dan interaksi itu bisa mulai dari gandengan tangan, berciuman, sampai bercinta. Penelitian yang dilakukan pada 2008 lalu mengumumkan, pasangan yang melakukan tiga interkasi intim tersebut mengalami penurunan kadar hormon stres yang sangat signifikan.

5. Bagilah semua masalah kepada pasangan ketimbang kepada sahabat.
Kadang kala kita memang merasa nyaman mendiskusikan masalah rumah tangga pada sahabat, karena kita tahu sahabat akan menyetujui setiap pendapat kita. Alhasil pasangan tak pernah tahu apa yang ada dipikiran kita yang kemudian membuat mereka merasa harus memecahkan masalah seorang diri. Dari sinilah biasanya bola salju masalah rumah tangga akan muncul. “Padahal semuanya bisa dicegah dengan bicara terbuka pada pasangan,” ucap Robbins.

Tapi kalau kita merasa tetap memerlukan pendapat dari orang lain, Robbins menyarankan, agar kita memilih orang yang juga dipercaya oleh pasangan. “Pilihlah pasangan yang pernah mengalami masalah yang sama dan bertanyalah pada mereka bersama-sama dengan suami, jangan seorang diri.”

Jatuh cinta pada pasangan, bisa jadi adalah hal yang mudah untuk dirasakan dan diucapkan. Tapi keinginan untuk menjaga cinta itu terus tumbuh, memerlukan kesadaran dari kita dan pasangan. Jadi sudahkah kita menghangatkan cinta pada suami hari ini?

Menjaga kebahagiaan bersama pasangan agar tetap sehat.Pernikahan Bahagia Menyehatkan Tubuh

Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai pernikahan yang dijalani, terhadap 413 perempuan paruh baya. Selama tiga tahun penuh, semua responden diamati secara detail tingkat kebahagiaan dan kecenderungan terjadinya obesitas, intoleransi glukosa, dan tekanan darah yang tinggi. Ini semua adalah himpunan gejala dari sindrom metabolik yang dapat merujuk pada serangan jantung.

Hasilnya responden yang sering tidak puas dengan kondisi pernikahan yang sedang dijalani, berisiko mengalami sindrom metabolik hingga 3.18 persen. Sedangkan pada perempuan yang sudah menjanda, risiko naik ke level 5.69 persen. Persentase risiko semakin tinggi pada perempuan yang baru saja bercerai.

Mulai saat ini, cari cara untuk membuat segalanya semakin indah libatkanlah pasangan Anda. Jika kebahagiaan rumah tangga bisa memberikan kesehatan, buat apa harus ditunda-tunda

No comments:

Post a Comment