Thursday, September 30, 2010
Wednesday, September 29, 2010
Menciptakan Rumah Makan Ala Starbucks
Menciptakan Rumah Makan Ala Starbucks
Anda punya niat mendirikan usaha? Kalau iya, biasanya, langkah pertama adalah memilih bidang usaha apa yang akan ditekuni. Dan umumnya, orang akan terpikir untuk usaha rumah makan. Kenapa? Karena, makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang memiliki tingkat permintaan sangat tinggi dan berkelanjutan.
Tetapi, cukupkah hanya dengan modal kemampuan membuat makanan enak dan menarik? Jawabannya, tentu saja iya untuk sebuah rumah makan biasa ( hahh...!!!) .
Tetapi, untuk membuat rumah makan yang sukses dan mampu memiliki banyak pelanggan yang loyal, diperlukan strategi bisnis yang sangat ampuh. Strategi yang terbukti mampu membuat sebuah perusahaan biasa menjadi perusahaan luar biasa. Strategi yang mampu membuat produk biasa menjadi produk yang diinginkan konsumen di seluruh dunia.
Experiential Marketing
Strategi itu adalah dengan menciptakan sebuah pengalaman yang tidak terlupakan sehingga konsumen menjadi loyal, dan bahkan dengan sukarela mempromosikannya ke konsumen lain. Inilah yang dinamakan strategi experiential marketing.
Ingin contoh? Mari kita lihat Starbucks.
Produk utama dari Starbucks adalah kopi yang harga secangkirnya bisa lima sampai sepuluh kali lipat dari harga secangkir kopi di warung biasa. Yang membuat hebat adalah, Starbucks sangat diminati konsumen. Bahkan, Starbucks berhasil membuka cabang di banyak negara termasuk Indonesia.
Apa rahasianya?
Joseph A. Michelli mengungkapkannya melalui buku ”The Starbucks Experience”. Inti dari buku ini adalah lima rahasia sederhana yang membuat Starbucks sukses. Rahasia Starbucks dalam menciptakan sebuah pengalaman yang tak terlupakan sehingga konsumen betah berlama-lama dan menjadi pelanggan setia.
Untuk itu, terapkanlah lima rahasia sukses Starbucks sebagai strategi sukses rumah makan Anda. Untuk mengetahui caranya, mari kita lihat penerapannya berikut ini.
Rahasianya
# Rahasia pertama, make it your own. Artinya, bagaimana Anda membuat semua karyawan Anda merasakan bahwa rumah makan Anda adalah milik mereka juga. Sehingga, karyawan Anda akan dengan senang hati bekerja dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen. Alhasil, konsumen mendapatkan sebuah pengalaman yang luar biasa dari layanan rumah makan Anda.
# Rahasia kedua, everything matters. Intinya adalah detail. Ketika Anda detail, maka semua hal menjadi penting dan perlu diperhatikan. Mulai dari hal-hal besar seperti enaknya rasa makanan yang selalu sesuai standar, kebersihan tempat dan karyawan, kenyamanan ruangan, sampai hal paling sederhana seperti ucapan terima kasih dari karyawan kepada setiap konsumen.
Ketika detail menjadi perhatian rumah makan Anda, maka konsumen akan merasa semua pengalaman yang didapatkannya sangat optimal. Mulai dari kebutuhan utamanya seperti makanan sampai kebutuhan emosionalnya seperti kenyamanan akan terpenuhi. Dan akhirnya, konsumen Anda akan menjadi pelanggan yang loyal.
# Rahasia ketiga, surprise and delight. Kejutan yang menyenangkan selalu berarti kebahagiaan. Buatlah pelanggan Anda nyaman dan bahagia dengan kejutan-kejutan menyenangkan. Misalnya dengan memberikan kejutan berupa bonus makanan penutup. Atau dengan membuat satu menu spesial yang selalu baru tiap harinya. Intinya, ciptakanlah kejutan-kejutan yang membuat pelanggan Anda betah untuk sering makan di tempat Anda. Dengan begitu, pelanggan Anda akan dengan senang hati mempromosikan rumah makan Anda ke pelanggan lain.
# Rahasia keempat, embrace resistance. Masalah ataupun kritikan, baik itu datangnya dari dalam maupun dari konsumen, haruslah diterima dengan lapang dada. Karena, banyak inovasi dan ide-ide brilian yang mampu meningkatkan pertumbuhan rumah makan datangnya dari mereka. Konsumen dan karyawan pun akan semakin nyaman karena merasa didengarkan. Untuk itu, mulailah merangkul semua kritikan dan masukan untuk menjadi rumah makan yang lebih baik.
# Rahasia terakhir, leave your mark. Rahasia ini berkenaan dengan kontribusi rumah makan Anda terhadap lingkungan. Karena kosumen ’memberi’ kepada Anda, maka ”berikanlah” sesuatu kepada masyarakat. Yaitu, berupa kepedulian Anda terhadap pengembangan komunitas atau masyarakat. Dengan begitu, maka rumah makan Anda akan meninggalkan ”tanda” positif di benak konsumen. Alhasil, konsumen pun tidak sekadar loyal terhadap Anda, tetapi juga dapat menjadi advocate customer, atau ikut mempromosikan dan membela perusahaan Anda.
Nah, dengan menerapkan kelima rahasia tersebut, rumah makan Anda akan mampu memberikan sebuah pengalaman yang tak terlupakan yang membuat konsumen menjadi pelanggan loyal. Sebuah pengalaman yang membuat konsumen secara sukarela ikut mempromosikan ke pelanggan lain.
Investasi Properti di Apartemen, sangat manggiurkan, Tren Apartemen Dekat Kampus
Dan akhirnya, pengalaman yang akan menjadikan rumah makan Anda sebagai rumah makan yang luar biasa. Rumah makan ala Starbucks.
Tetapi, cukupkah hanya dengan modal kemampuan membuat makanan enak dan menarik? Jawabannya, tentu saja iya untuk sebuah rumah makan biasa ( hahh...!!!) .
Tetapi, untuk membuat rumah makan yang sukses dan mampu memiliki banyak pelanggan yang loyal, diperlukan strategi bisnis yang sangat ampuh. Strategi yang terbukti mampu membuat sebuah perusahaan biasa menjadi perusahaan luar biasa. Strategi yang mampu membuat produk biasa menjadi produk yang diinginkan konsumen di seluruh dunia.
Experiential Marketing
Strategi itu adalah dengan menciptakan sebuah pengalaman yang tidak terlupakan sehingga konsumen menjadi loyal, dan bahkan dengan sukarela mempromosikannya ke konsumen lain. Inilah yang dinamakan strategi experiential marketing.
Ingin contoh? Mari kita lihat Starbucks.
Produk utama dari Starbucks adalah kopi yang harga secangkirnya bisa lima sampai sepuluh kali lipat dari harga secangkir kopi di warung biasa. Yang membuat hebat adalah, Starbucks sangat diminati konsumen. Bahkan, Starbucks berhasil membuka cabang di banyak negara termasuk Indonesia.
Apa rahasianya?
Joseph A. Michelli mengungkapkannya melalui buku ”The Starbucks Experience”. Inti dari buku ini adalah lima rahasia sederhana yang membuat Starbucks sukses. Rahasia Starbucks dalam menciptakan sebuah pengalaman yang tak terlupakan sehingga konsumen betah berlama-lama dan menjadi pelanggan setia.
Untuk itu, terapkanlah lima rahasia sukses Starbucks sebagai strategi sukses rumah makan Anda. Untuk mengetahui caranya, mari kita lihat penerapannya berikut ini.
Rahasianya
# Rahasia pertama, make it your own. Artinya, bagaimana Anda membuat semua karyawan Anda merasakan bahwa rumah makan Anda adalah milik mereka juga. Sehingga, karyawan Anda akan dengan senang hati bekerja dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen. Alhasil, konsumen mendapatkan sebuah pengalaman yang luar biasa dari layanan rumah makan Anda.
# Rahasia kedua, everything matters. Intinya adalah detail. Ketika Anda detail, maka semua hal menjadi penting dan perlu diperhatikan. Mulai dari hal-hal besar seperti enaknya rasa makanan yang selalu sesuai standar, kebersihan tempat dan karyawan, kenyamanan ruangan, sampai hal paling sederhana seperti ucapan terima kasih dari karyawan kepada setiap konsumen.
Ketika detail menjadi perhatian rumah makan Anda, maka konsumen akan merasa semua pengalaman yang didapatkannya sangat optimal. Mulai dari kebutuhan utamanya seperti makanan sampai kebutuhan emosionalnya seperti kenyamanan akan terpenuhi. Dan akhirnya, konsumen Anda akan menjadi pelanggan yang loyal.
# Rahasia ketiga, surprise and delight. Kejutan yang menyenangkan selalu berarti kebahagiaan. Buatlah pelanggan Anda nyaman dan bahagia dengan kejutan-kejutan menyenangkan. Misalnya dengan memberikan kejutan berupa bonus makanan penutup. Atau dengan membuat satu menu spesial yang selalu baru tiap harinya. Intinya, ciptakanlah kejutan-kejutan yang membuat pelanggan Anda betah untuk sering makan di tempat Anda. Dengan begitu, pelanggan Anda akan dengan senang hati mempromosikan rumah makan Anda ke pelanggan lain.
# Rahasia keempat, embrace resistance. Masalah ataupun kritikan, baik itu datangnya dari dalam maupun dari konsumen, haruslah diterima dengan lapang dada. Karena, banyak inovasi dan ide-ide brilian yang mampu meningkatkan pertumbuhan rumah makan datangnya dari mereka. Konsumen dan karyawan pun akan semakin nyaman karena merasa didengarkan. Untuk itu, mulailah merangkul semua kritikan dan masukan untuk menjadi rumah makan yang lebih baik.
# Rahasia terakhir, leave your mark. Rahasia ini berkenaan dengan kontribusi rumah makan Anda terhadap lingkungan. Karena kosumen ’memberi’ kepada Anda, maka ”berikanlah” sesuatu kepada masyarakat. Yaitu, berupa kepedulian Anda terhadap pengembangan komunitas atau masyarakat. Dengan begitu, maka rumah makan Anda akan meninggalkan ”tanda” positif di benak konsumen. Alhasil, konsumen pun tidak sekadar loyal terhadap Anda, tetapi juga dapat menjadi advocate customer, atau ikut mempromosikan dan membela perusahaan Anda.
Nah, dengan menerapkan kelima rahasia tersebut, rumah makan Anda akan mampu memberikan sebuah pengalaman yang tak terlupakan yang membuat konsumen menjadi pelanggan loyal. Sebuah pengalaman yang membuat konsumen secara sukarela ikut mempromosikan ke pelanggan lain.
Investasi Properti di Apartemen, sangat manggiurkan, Tren Apartemen Dekat Kampus
Dan akhirnya, pengalaman yang akan menjadikan rumah makan Anda sebagai rumah makan yang luar biasa. Rumah makan ala Starbucks.
Artikel Berkaitan :
1. Sejarah Raksasa bisnis Mc Donald's
2. Fakta terbaru : Restoran yang Bising Lebih Menarik Pengunjung
3. Cara Mudah dan Simple Membuat Restoran Ramai Pengunjung
4. Tinjauan Umum Usaha Restoran dan seluk beluknya
5. Tips Sukses Membuka Usaha Rumah Makan6. Rahasia Sukses Bisnis Rumah Makan Bersama Pasangan
7. Preman Blok M Insyaf Menjadi Pengusaha Restoran Sukses di Australia
8. Menciptakan Rumah Makan Ala Starbuck dan Rahasia Suksesnya
9. Kisah Sukses Puspo Wardoyo , Membangun Bisnisnya dengan Manajemen Konflik
10. Rumah Makan Bebek Bengis , Kelezatan dan Ketekunan Sejak Masa Muda
KISAH SUKSES PURDI E CHANDRA
KISAH SUKSES PURDI E CHANDRA
Purdi E Chandra lahir di Kota Gajah Putih - Lampung- 09 September 1959. Secara “tak resmi” Purdi sudah mulai berbisnis sejak ia masih duduk di bangku SMP di Lampung, yakni ketika dirinya beternak ayam dan bebek, dan kemudian menjual telurnya di pasar.
Bisnis “resminya” sendiri dimulai pada 10 Maret 1982, yakni ketika ia bersama teman-temannya mendirikan Lembaga Bimbingan Test Primagama (kemudian menjadi bimbingan belajar). Waktu mendirikan bisnisnya tersebut Purdi masih tercatat sebagai mahasiswa di 4 fakultas dari 2 Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Namun karena merasa “tidak mendapat apa-apa” ia nekad meninggalkan dunia pendidikan untuk menggeluti dunia bisnis.
Dengan “jatuh bangun” Purdi menjalankan Primagama. Dari semula hanya 1 outlet dengan hanya 2 murid, Primagama sedikit demi sedikit berkembang. Kini murid Primagama sudah menjadi lebih dari 100 ribu orang per-tahun, dengan ratusan outlet di ratusan kota di Indonesia. Karena perkembangan itu Primagama ahirnya dikukuhkan sebagai Bimbingan Belajar Terbesar di Indonesia oleh MURI (Museum Rekor Indonesia).
Mengenai bisnisnya, Purdi mengaku banyak belajar dari ibunya. Sementara untuk masalah kepemimpinan dan organisasi, sang ayahlah yang lebih banyak memberi bimbingan dan arahan. Bekal dari kedua orang tua Purdi tersebut semakin lengkap dengan dukungan penuh sang Istri Triningsih Kusuma Astuti dan kedua putranya Fesha maupun Zidan. Pada awal-awal berdirinya Primagama, Purdi selalu ditemani sang istri untuk berkeliling kota di seluruh Indonesia membuka cabang-cabang Primagama. Dan atas bantuan istrinya pula usaha tersebut makin berkembang.
Kini Primagama sudah menjadi Holding Company yang membawahi lebih dari 20 anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang seperti: Pendidikan Formal, Pendidikan Non-Formal, Telekomunikasi, Biro Perjalanan, Rumah Makan, Supermarket, Asuransi, Meubelair, Lapangan Golf dan lain sebagainya.
Walaupun kesibukannya sebagai entrepreneur sangat tinggi, namun jiwa organisatoris Purdi tetap disalurkan di berbagai organisasi. Tercatat Purdi pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) cabang Yogyakarta dan pengurus Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) DIY. Selain itu Purdi pernah juga tercatat sebagai anggota MPR RI Utusan Daerah DIY. (sumber : www.purdiechandra.com)
Wawancara dengan Majalah BERWIRAUSAHA
Untuk jadi seorang entrepreneur sejati, tidak perlu IP tinggi, ijazah, apalagi modal uang. “Saat yang tepat itu justru saat kita tidak punya apa-apa. Pakai ilmu street smart saja,” ungkap Purdi E Chandra, Dirut Yayasan Primagama.
Menurutnya, kemampuan otak kanan yang kreatif dan inovatif saja sudah memadai. Banyak orang ragu berbisnis cuma gara-gara terlalu pintar. Sebaliknya, orang yang oleh guru-guru formal dianggap bodoh karena nilainya jelek, justru melejit jadi wirausahawan sukses.
“Masalahnya jika orang terlalu tahu risikonya, terlalu banyak berhitung, dia malah tidak akan berani buka usaha,” tambah ‘konglomerat bimbingan tes’ itu. Purdi yang lahir di Lampung 09 September 1959 memang jadi model wirausaha jalanan, plus modal nekad. la tinggalkan kuliahnya di empat fakultas di UGM dan IKIP Yogyakarta. Lalu dengan modal Rp.300 ribu ia dirikan lembaga bimbingan tes Primagama 10 Maret 1982 di Yogyakarta. Sebuah peluang bisnis potensial yang kala itu tidak banyak dilirik orang. la sukses membuat Primagama beromset hampir 70 milyar per tahun, dengan 200 outlet di lebih dari 106 kota. la dirikan IMKI, Restoran Sari Reja, Promarket, AMIKOM, Entrepreneur University, dan terakhir Sekolah Tinggi Psikologi di Yogyakarta.
Grup Primagama pun merambah bidang radio,penerbitan, jasa wisata, ritel, dll. Semua diawalkan dari keberanian mengambil risiko. Kini Purdi lebih banyak lagi ‘berdakwah’ tentang entrepreneurship. Bagi Purdi, entrepreneur sukses pastilah bisa menciptakan banyak lapangan kerja. Namun, itu saja tidak cukup berarti bagi bangsa ini. “Saya memimpikan bisa melahirkan banyak lagi pengusaha-pengusaha. Dengan demikian, makin banyak pula lapangan kerja diciptakan. Itulah Mega Entrepreneur,” ungkap Purdi kepada Edy Zaqeus dan David S. Simatupang dari Majalah BERWIRAUSAHA.
Berikut petikan wawancara yang berlangsung di kantor cabang Primagama Jakarta.
Bagaimana semangat wirausaha masyarakat kita?
Mungkin begini. Salahnya pendidikan kita itu, kebanyakan orang lulus sarjana baru cari kerja. Jadi pengusaha itu mungkin malah orang-orang yang kepepet. Yang tidak diterima di mana-mana, baru dia sadar dan bikin usaha sendiri. Mestinya, kesadaran seperti ini bisa untuk orang-orang yang tidak kepepet. Alasannya, kalau mau usaha harus ada modal, punya ketrampilan. Padahal tidak harus begitu. Saat yang tepat itu justru saat kita tidak punya apa-apa. Ibaratnya kalau kita punya ijazah pun, tidak usah dipikirin. Saya dulu tak tergantung dengan selembar kertas itu. Sekarang mau dijaminkan di bank juga tidak bisa. Hanya buat senang-senang saja kalau sudah sarjana.
Memang saya lihat pendidikan kita itu dari otak kiri saja. Padahal kalau kita garap yang kanan, porsinya banyak, maka otomatis otak kirinya naik. Tapi kalau kita banyakin kiri, kanan ndak ikut naik. Kanan itu adalah praktek. Saya bilang street smart.
Cerdas di lapangan, di jalanan. Orang yang akademik, sekolahnya pintar, IP atau nilai tinggi, dia tidak berani menentang teori. Jadi robotlah. Kalau di situ jadi topeng monyet. Dia tidak berani membuat kreasi sendiri. Padahal hidup dia itu bukan di masa lalu. Hidup dia itu kan di masa datang, dan itu serba berubah cepat. Tidak ada yang sama dengan teori yang dia pelajari. Teori itu kan hasil temuan. Kenapa kita tidak bisa menemukan sendiri? Saya punya contoh, manajemen di Primagama, yang tidak ada di teori. Kalau pun ada di teori pasti disalah-salahkan.
Apa itu?
Di Primagama, suami-istri bekerja dalam satu kantor itu malah kita anjurkan. Di lain tempat dan di teori itu ndak boleh! Tapi saya praktekkan, ternyata jalan, bagus. Saya melihat, mereka masing-masing bisa saling mengontrol. Maka, menantang teori itu yang utama. Saya malah bisa menaikkan omset Primagama 60%.
Contohnya lagi, iklan Primagama yang pakai aktor Rano Karno. Menurut orang kampus, dan pernah dibahas di sana, itu ndak bener! Menurut teori ndak benar. Tapi nyatanya, bagus hasilnya? Saya dulu pernah pakai Sarlito (pakar psikologi dan pendidikan:rec), malah ndak ada hasilnya, walau dia doktor atau apa. Jadi street smart itu…
Apa artinya street smart?
Cerdas di jalanan. Ada academic smart atau school smart. Tapi street smart itu cerdas dengan praktek. Jadi begini, kalau kita punya pengetahuan dengan benar, pengetahuan itu kan akademik. Kita tidak strong, gugur! Kita tidak akan bisa. Kita tidak akan bisa benar. Waktu SD itu ada bacaan-bacaan begini; “Ibu pergi ke pasar membeli sayur.” Kok tidak yang menjual sayur saja?
Kok kata-katanya selalu membeli, bukan menjual? Teryata setelah saya urut-urut, yang nulis itu guru. Coba kalau isinya diubah menjadi menjual, itu akan lain.
Kenapa tertarik menonjolkan sisi menjualnya?
Kalau saya bertransaksi, itu nilai tambah. Dalam transaksi, duit paling banyak itu kan pengusahanya? Dan paling banyak milik pengusaha. Coba kalau misalnya yang satu membeli saja. Akan terbatas transaksinya. Sehingga kalau memang harus banyak pengusahanya, ya untuk menjual.
Setuju dengan pemikiran Kiyosaki “If you want to be rich and happy, don’t go to school” ?
Kalau saya if you want to be rich and happy, ya…. Kalau ingin kaya, ngapain sekolah? Kalau di sekolah tidak akan happy dan kaya. Pendidikan kita tidak bikin happy, malah bikin stres anak. Porsi mainnya kurang. Sejak Taman Kanak-kanak sudah dipaksa main otak kiri. Mungkin itu karena dari mentrinya sampai orang-orang tuanya itu otak kiri semua, kan? Dikatakan figur yang bagus itu yang profesor, yang doktor. Padahal kalau kita pilah, yang pintar sekolah memang jadi dosen, jadi dokter. Yang sedang-sedang saja jadi manajer. Tapi yang bodo-bodo sekolahnya malah jadi pengusaha.
Penelitian di Harvard begitu. Penyikapan guru terhadap anak yang bodo kok divonis tidak punya masa depan? Mungkin dia berani, kreatif, bisa menemukan apa yang tidak ditemukan oleh anak-anak pintar.
Nah, pendidikan kita itu semua mau dijadikan ilmuwan. Seolah ngejar otak kiri saja, ngejar school smart saja.
Apa yang harus dilakukan untuk membongkar sistem seperti itu?
Memang berat karena dari dulu juga begitu. Maka harus lewat luar, kegiatan-kegiatan ekstra. Maka saya usulkan pendidikan kita dibuat dua sistem; sistem ijazah dan sistem tanpa ijazah. Kalau sekolah tanpa ijazah, orang akan cenderung cari ketrampilan dari praktek yang kelihatan. Yang pakai ijazah untuk yang mau jadi dosen, jadi dokter, jadi ilmuwan.
Kalau pelajaran kimia yang pakai ijazah, ya ilmuwan itulah. Kalau kimia yang tidak pakai ijazah, pilihannya ya bikin deterjen, bikin sirup, bikin apa saja yang ada manfaatnya. Kalau semua harus belajar kimia, padahal kita tidak tertarik, berarti dipaksa dan tidak happy jadi nya.
Kalau di tataran konseptual, apa yang mesti dilakukan?
Saya kira Dikbud itu merasa bahwa yang menentukan masa depan Indonesia itu dia. Bikin kurikulum, walaupun sumbernya dari masyarakat, tapi sering terlambat. Kurikulum tahun lalu baru dipakai sekarang. Lebih cepat di luar, kan? Maka kalau saya, pendidikan itu tidak usah diatur. Perguruan Tinggi siapa pun boleh bikin. Dan itu masyarakat yang menilai. Hukum pasar! Titel MBA atau apa dilarang, kenapa? Alamiah aja. Nanti kalau kebanjiran itu orang ndak mau pakai, kan ndak masalah? Kalau banyak manajer belajar ilmu untuk mendapatkan MBA, itu kan bagus? Dalam pendidikan itu sebenarnya mereka dagang.
Kalau model-model pendidikan itu masyarakat yang mengembangkan, mungkin baru bagus. Karena pas dengan zaman itu. Misalnya Mc Donald mau bikin Universitas Mc Donald, kenapa tidak?
Bagaimana dengan Entrepreneur University yang Anda dirikan?
Sebagai entrepreneur, Saya punya visi Mega Entrepreneur. Artinya bagaimana seorang pengusaha bisa menciptakan pengusaha lainnya. Kalau pengusaha bisa menciptakan lapangan kerja, itu sudah biasa. Yang saya kejar adalah bagaimana saya bisa menciptakan banyak pengusaha. Dulu visi saya memang menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Kalau seperti itu kan lama. Mungkin hanya ribuan lapangan kerja. Tapi kalau bisa menciptakan banyak pengusaha, lapangan kerja yang tercipta lebih banyak lagi.
Karyawan saya pun saya usahakan bisa jadi pengusaha. Kayak manajer-manajer saya, semua sudah punya usaha di luar. Saya ditentang oleh Renald Kasali. Katanya menurut teori itu tidak bisa. ‘Orang kerja kok diajak merangkap jadi pengusaha, itu ndak bisa!’. Saya praktekkan ternyata bisa. Manajer saya punya perusahaan mebel.
Menurut Kiyosaki, di sini dia sebagai employee, di luar dia sebagai business owner karena yang mengelola orang lain. Ada manajer saya yang buka bengkel motor. Sopir saya punya kenteng mobil. Sopir saya yang lain punya bisnis jual beli handphone.
Karyawan-karyawan itu mau jadi manajer semua ? ndak mungkin kan… Harapan paling besar saya, ya mereka jadi pengusaha.
Sejak kapan Entrepreneur University berjalan?
Entrepreneur University (EU) berjalan baru setahun. Sebelumnya kita sudah sering adakan pelatihan di mana-mana. Tapi cuma beberapa hari, lalu selesai tidak ada follow up. Sekarang lebih jelas, kita ada follow up. Misalnya kita adakan tiga bulan, setelah itu ada klub entrepreneur. Yang itu bisa dilakukan lewat internet, pertemuan-pertemuan, dan juga konsultasi seperti tadi. Di EU diutamakan yang indeks prestasinya (IP) rendah. Memang pernah ada yang protes, orang mau masuk tapi IP-nya tinggi, dia jadi minder. Tapi memang saya lebih mudah mengajar orang yang tidak pintar. Kalau otak kiri sudah kuat, susah berubahnya.
Misalnya dia kuliah di akuntansi, yang feasible tidak feasible, udah, ndak berani-berani dia. Usaha itu bukan perhitungan sebelumnya. Hitungan yang terjadi, itulah usaha. Banyak yang terjadi kita tidak tahu dan tidak kita pikirkan sebelumnya. Saya di Primagama dulu kalau dipikir tidak rasional. Modal saya cuma Rp.300 ribu saja. Sekarang asetnya sudah hampir Rp.100 milyar, kan?
Rasionalnya di mana?
Tadi seorang direksi bank yang ingin membuat usaha. Seperti dia, dihitung-hitung terus, selalu tidak positif. Akhirnya tidak berani buka usaha. Saya bilang, “Jangan dihitung terus!” Usaha itu dibuka, baru dihitung. Ini street smart. Kalau dihitung baru dibuka, ndak akan buka-buka usaha. Makanya, yang membuat orang takut itu bukan sisi gelap, tapi justru sisi terang. Karena terang itu tahu hitung-hitungannya, tahu risikonya gedhe, jadi takut. Kalau gelap, tidak tahu apa-apa, usaha itu tidak takut. Dihitung atau tidak dihitung itu sama saja kok.
Padahal entrepreneur harus berani ambil risiko…
Itulah, ambil risiko itu berarti harus gelap. Maksudnya jangan terlalu banyak tahu. Setelah jalan, kita pakai ilmu street smart tadi. Street smart itu yang melahirkan kecerdasan entrepreneur yang dibutuhkan untuk pemula usaha. Isi kecerdasan entrepreneur itu ya kecerdasan emosional, spiritual, dan basisnya di otak kanan.
Bagaimana cara Anda merealisasikan gagasan Mega Entrepreneur?
EU ini saya yang buka dan pelatihannya saya yang mengajar sendiri. Saya bukan cari untunglah, tapi semacam aktulisasilah buat saya. Karena saya ingin jadi Mega Entrepreneur tadi. Sehingga saya bela-belain, ndak harus untung. Kalau nombokpun saya mau untuk memberikan dakwah tentang entrepreneurship ini. Itu yang saya lakukan, dan sudah dua angkatan EU di lima kota. Perkembangan pesertanya cukup positif. Yang sama sekali tidak berani berusaha, kini jadi berani.
Bagaimana tren kewirausahaan ke depan?
Saya kira itu suatu keharusan. Kalau negara ini mau maju, harus banyak pengusahanya. Kita belum ada kementrian yang khusus mengurusi wirausaha. Di Indonesia banyak bisnis yang bisa dikembangkan menjadi franchise dan tidak harus yang mahal. Di Malaysia sudah ada kementriannya, dan mentrinya mendorong mereka yang mau usaha franchise dsb.
Bagaimana entrepreneur yang ideal itu?
Ukuran ideal saya adalah dari banyaknya lapangan kerja yang diciptakan. Pengusaha yang bisa melahirkan pengusaha-pengusaha baru. Bisnisnya kalau bisa yang baik-baiklah. Saya suka mengurusi bisnis yang langsung ke pasar. Yang menilai dan menentukan bisnis saya ya pasar. Saya ndak model dengan bisnis lobi-lobi yang harus berhubungan dengan pemerintah.
Pernah mengalami pencerahan selama menjadi entrepreneur?
Saya mengembangkan sisi spiritual melalui dzikir atau meditasi. Bisnis itu, kalau bisa ya melibatkan yang “di atas”. Tidak bisa berjalan dengan diri kita sendiri. Maka saya kembangkan kecerdasan spiritual. Kalau menggunakan intuisi saja, hanya bisa menunjukkan sesuatu tujuan itu seperti apa…. Tapi kalau dzikir, melibatkan Tuhan, kuncinya justru membuat tujuan itu terjadi.
Misalnya diramal orang kita tidak hoki. Dengan dzikir itu bisa jadi hoki. Yang tidak baik jadi baik. Arah negatif bisa jadi positif. Maka, menantang teori itu yang utama! Makanya, yang membuat orang takut itu bukan sisi gelap, tapi justru sisi terang.
Bangkit
Wujudkanlah mimpi anda, kembangkanlah “penglihatan pemikiran” yang selama ini terpendam, berikanlah arti pada hidup yang anda cintai ini. Semuanya berawal dari sebuah impian. Dunia dengan segala isinya diciptakan Tuhan dari “impian-Nya”.
Kisah-kisah keberhasilan para tokoh yang berhasil mengubah dunia, bermula dari mimpi, seperti apa yang dilakukan Galiileo, Thomas Alva Edison, Einstein, dan lain-lain. Bangunan-bangunan besar seperti candi dan piramid juga dimulai dari impian. Bahkan, majalah ini hingga akhirnya sampai ke tangan pembaca, juga diawali dari impian. Bila demikian, tampaknya segala sesuatu sangatlah mungkin untuk diwujudkan. Masalahnya adalah kebanyakan orang telah membuang jauh-jauh mimpi mereka ke tempat sampah, atau merasa bahwa mimpi mereka merupakan hal yang mustahil. Padahal, hampir semua mimpi bisa diwujudkan dengan sedikit kecerdikan, sedikit keberanian serta dukungan emosional.
Sebagai ilustrasi, pertengahan tahun 70-an Bill Gates bermimpi bahwa komputer akan tersedia di setiap rumah pada suatu masa nanti; Akio Morita bermimpi bisa mendengarkan musik favoritnya sambil main tenis, tanpa harus mengganggu tetangga kiri-kanan; atau Sosrodjoyo yang bermimpi nantinya orang-orang akan memilih teh botol bikinan pabrik daripada repot-repot menyeduhnya di rumah.
Tetapi perlu kiranya dibedakan antara “mendambakan” dan “memimpikan”. Mendambakan bersifat pasif dan menunggu, hanya merupakan selingan iseng tanpa otak, tanpa upaya untuk mewujudkannya. Sedang memimpikan bersifat aktif dan berani mengambil inisiatif. la didukung oleh rencana dan tindakan untuk membuahkan hasil.
Tokoh-tokoh yang disebut di atas adalah contoh perbuatan memimpikan. Mereka tidak sekadar beranganangan, melainkan berupaya keras mewujudkan impiannya. Microsoft, Sony, dan Teh Sosro adalah hasil nyata dari mimpi-mimpi mereka.
Singkatnya, penglihatan pikiran membuka pintu untuk mewujudkan impian kita. Namun begitu pintu tersebut terbuka, harus ada tindakan nyata berupa: disiplin, kebulatan tekad, kesabaran, dan ketekunan bila kita ingin membuat impian tersebut menjadi kenyataan. Penglihatan Pikiran
Pada hakikatnya setiap insan memiliki dua jenis penglihatan: penglihatan mata dan penglihatan pikiran. Penglihatan mata adalah apa yang kita lihat ada secara fisik di sekeliling kita, misalnya: mobil, gunung, pulpen atau teman-teman kita. Sebaliknya, penglihatan pikiran adalah sebuah kekuatan untuk melihat bukan apa yang ada secara fisik, tetapi apa yang bisa ada setelah intelegensia manusia diterapkan. Penglihatan pikiran adalah kekuatan untuk bermimpi. Dr. David Schwartch, dalam The Magic of Thinking Success, yakin bahwa perasaan kita yang paling tak ternilai harganya adalah penglihatan pikiran. Penglihatan tersebut membentuk gambaran masa depan yang kita harapkan, rumah yang kita idamkan, hubungan keluarga yang kita dambakan, liburan yang akan kita ambil, atau penghasilan yang akan kita nikmati kelak (sumber : www.purdiechandra.com)
Bisnis “resminya” sendiri dimulai pada 10 Maret 1982, yakni ketika ia bersama teman-temannya mendirikan Lembaga Bimbingan Test Primagama (kemudian menjadi bimbingan belajar). Waktu mendirikan bisnisnya tersebut Purdi masih tercatat sebagai mahasiswa di 4 fakultas dari 2 Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Namun karena merasa “tidak mendapat apa-apa” ia nekad meninggalkan dunia pendidikan untuk menggeluti dunia bisnis.
Dengan “jatuh bangun” Purdi menjalankan Primagama. Dari semula hanya 1 outlet dengan hanya 2 murid, Primagama sedikit demi sedikit berkembang. Kini murid Primagama sudah menjadi lebih dari 100 ribu orang per-tahun, dengan ratusan outlet di ratusan kota di Indonesia. Karena perkembangan itu Primagama ahirnya dikukuhkan sebagai Bimbingan Belajar Terbesar di Indonesia oleh MURI (Museum Rekor Indonesia).
Mengenai bisnisnya, Purdi mengaku banyak belajar dari ibunya. Sementara untuk masalah kepemimpinan dan organisasi, sang ayahlah yang lebih banyak memberi bimbingan dan arahan. Bekal dari kedua orang tua Purdi tersebut semakin lengkap dengan dukungan penuh sang Istri Triningsih Kusuma Astuti dan kedua putranya Fesha maupun Zidan. Pada awal-awal berdirinya Primagama, Purdi selalu ditemani sang istri untuk berkeliling kota di seluruh Indonesia membuka cabang-cabang Primagama. Dan atas bantuan istrinya pula usaha tersebut makin berkembang.
Kini Primagama sudah menjadi Holding Company yang membawahi lebih dari 20 anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang seperti: Pendidikan Formal, Pendidikan Non-Formal, Telekomunikasi, Biro Perjalanan, Rumah Makan, Supermarket, Asuransi, Meubelair, Lapangan Golf dan lain sebagainya.
Walaupun kesibukannya sebagai entrepreneur sangat tinggi, namun jiwa organisatoris Purdi tetap disalurkan di berbagai organisasi. Tercatat Purdi pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) cabang Yogyakarta dan pengurus Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) DIY. Selain itu Purdi pernah juga tercatat sebagai anggota MPR RI Utusan Daerah DIY. (sumber : www.purdiechandra.com)
Wawancara dengan Majalah BERWIRAUSAHA
Untuk jadi seorang entrepreneur sejati, tidak perlu IP tinggi, ijazah, apalagi modal uang. “Saat yang tepat itu justru saat kita tidak punya apa-apa. Pakai ilmu street smart saja,” ungkap Purdi E Chandra, Dirut Yayasan Primagama.
Menurutnya, kemampuan otak kanan yang kreatif dan inovatif saja sudah memadai. Banyak orang ragu berbisnis cuma gara-gara terlalu pintar. Sebaliknya, orang yang oleh guru-guru formal dianggap bodoh karena nilainya jelek, justru melejit jadi wirausahawan sukses.
“Masalahnya jika orang terlalu tahu risikonya, terlalu banyak berhitung, dia malah tidak akan berani buka usaha,” tambah ‘konglomerat bimbingan tes’ itu. Purdi yang lahir di Lampung 09 September 1959 memang jadi model wirausaha jalanan, plus modal nekad. la tinggalkan kuliahnya di empat fakultas di UGM dan IKIP Yogyakarta. Lalu dengan modal Rp.300 ribu ia dirikan lembaga bimbingan tes Primagama 10 Maret 1982 di Yogyakarta. Sebuah peluang bisnis potensial yang kala itu tidak banyak dilirik orang. la sukses membuat Primagama beromset hampir 70 milyar per tahun, dengan 200 outlet di lebih dari 106 kota. la dirikan IMKI, Restoran Sari Reja, Promarket, AMIKOM, Entrepreneur University, dan terakhir Sekolah Tinggi Psikologi di Yogyakarta.
Grup Primagama pun merambah bidang radio,penerbitan, jasa wisata, ritel, dll. Semua diawalkan dari keberanian mengambil risiko. Kini Purdi lebih banyak lagi ‘berdakwah’ tentang entrepreneurship. Bagi Purdi, entrepreneur sukses pastilah bisa menciptakan banyak lapangan kerja. Namun, itu saja tidak cukup berarti bagi bangsa ini. “Saya memimpikan bisa melahirkan banyak lagi pengusaha-pengusaha. Dengan demikian, makin banyak pula lapangan kerja diciptakan. Itulah Mega Entrepreneur,” ungkap Purdi kepada Edy Zaqeus dan David S. Simatupang dari Majalah BERWIRAUSAHA.
Berikut petikan wawancara yang berlangsung di kantor cabang Primagama Jakarta.
Bagaimana semangat wirausaha masyarakat kita?
Mungkin begini. Salahnya pendidikan kita itu, kebanyakan orang lulus sarjana baru cari kerja. Jadi pengusaha itu mungkin malah orang-orang yang kepepet. Yang tidak diterima di mana-mana, baru dia sadar dan bikin usaha sendiri. Mestinya, kesadaran seperti ini bisa untuk orang-orang yang tidak kepepet. Alasannya, kalau mau usaha harus ada modal, punya ketrampilan. Padahal tidak harus begitu. Saat yang tepat itu justru saat kita tidak punya apa-apa. Ibaratnya kalau kita punya ijazah pun, tidak usah dipikirin. Saya dulu tak tergantung dengan selembar kertas itu. Sekarang mau dijaminkan di bank juga tidak bisa. Hanya buat senang-senang saja kalau sudah sarjana.
Memang saya lihat pendidikan kita itu dari otak kiri saja. Padahal kalau kita garap yang kanan, porsinya banyak, maka otomatis otak kirinya naik. Tapi kalau kita banyakin kiri, kanan ndak ikut naik. Kanan itu adalah praktek. Saya bilang street smart.
Cerdas di lapangan, di jalanan. Orang yang akademik, sekolahnya pintar, IP atau nilai tinggi, dia tidak berani menentang teori. Jadi robotlah. Kalau di situ jadi topeng monyet. Dia tidak berani membuat kreasi sendiri. Padahal hidup dia itu bukan di masa lalu. Hidup dia itu kan di masa datang, dan itu serba berubah cepat. Tidak ada yang sama dengan teori yang dia pelajari. Teori itu kan hasil temuan. Kenapa kita tidak bisa menemukan sendiri? Saya punya contoh, manajemen di Primagama, yang tidak ada di teori. Kalau pun ada di teori pasti disalah-salahkan.
Apa itu?
Di Primagama, suami-istri bekerja dalam satu kantor itu malah kita anjurkan. Di lain tempat dan di teori itu ndak boleh! Tapi saya praktekkan, ternyata jalan, bagus. Saya melihat, mereka masing-masing bisa saling mengontrol. Maka, menantang teori itu yang utama. Saya malah bisa menaikkan omset Primagama 60%.
Contohnya lagi, iklan Primagama yang pakai aktor Rano Karno. Menurut orang kampus, dan pernah dibahas di sana, itu ndak bener! Menurut teori ndak benar. Tapi nyatanya, bagus hasilnya? Saya dulu pernah pakai Sarlito (pakar psikologi dan pendidikan:rec), malah ndak ada hasilnya, walau dia doktor atau apa. Jadi street smart itu…
Apa artinya street smart?
Cerdas di jalanan. Ada academic smart atau school smart. Tapi street smart itu cerdas dengan praktek. Jadi begini, kalau kita punya pengetahuan dengan benar, pengetahuan itu kan akademik. Kita tidak strong, gugur! Kita tidak akan bisa. Kita tidak akan bisa benar. Waktu SD itu ada bacaan-bacaan begini; “Ibu pergi ke pasar membeli sayur.” Kok tidak yang menjual sayur saja?
Kok kata-katanya selalu membeli, bukan menjual? Teryata setelah saya urut-urut, yang nulis itu guru. Coba kalau isinya diubah menjadi menjual, itu akan lain.
Kenapa tertarik menonjolkan sisi menjualnya?
Kalau saya bertransaksi, itu nilai tambah. Dalam transaksi, duit paling banyak itu kan pengusahanya? Dan paling banyak milik pengusaha. Coba kalau misalnya yang satu membeli saja. Akan terbatas transaksinya. Sehingga kalau memang harus banyak pengusahanya, ya untuk menjual.
Setuju dengan pemikiran Kiyosaki “If you want to be rich and happy, don’t go to school” ?
Kalau saya if you want to be rich and happy, ya…. Kalau ingin kaya, ngapain sekolah? Kalau di sekolah tidak akan happy dan kaya. Pendidikan kita tidak bikin happy, malah bikin stres anak. Porsi mainnya kurang. Sejak Taman Kanak-kanak sudah dipaksa main otak kiri. Mungkin itu karena dari mentrinya sampai orang-orang tuanya itu otak kiri semua, kan? Dikatakan figur yang bagus itu yang profesor, yang doktor. Padahal kalau kita pilah, yang pintar sekolah memang jadi dosen, jadi dokter. Yang sedang-sedang saja jadi manajer. Tapi yang bodo-bodo sekolahnya malah jadi pengusaha.
Penelitian di Harvard begitu. Penyikapan guru terhadap anak yang bodo kok divonis tidak punya masa depan? Mungkin dia berani, kreatif, bisa menemukan apa yang tidak ditemukan oleh anak-anak pintar.
Nah, pendidikan kita itu semua mau dijadikan ilmuwan. Seolah ngejar otak kiri saja, ngejar school smart saja.
Apa yang harus dilakukan untuk membongkar sistem seperti itu?
Memang berat karena dari dulu juga begitu. Maka harus lewat luar, kegiatan-kegiatan ekstra. Maka saya usulkan pendidikan kita dibuat dua sistem; sistem ijazah dan sistem tanpa ijazah. Kalau sekolah tanpa ijazah, orang akan cenderung cari ketrampilan dari praktek yang kelihatan. Yang pakai ijazah untuk yang mau jadi dosen, jadi dokter, jadi ilmuwan.
Kalau pelajaran kimia yang pakai ijazah, ya ilmuwan itulah. Kalau kimia yang tidak pakai ijazah, pilihannya ya bikin deterjen, bikin sirup, bikin apa saja yang ada manfaatnya. Kalau semua harus belajar kimia, padahal kita tidak tertarik, berarti dipaksa dan tidak happy jadi nya.
Kalau di tataran konseptual, apa yang mesti dilakukan?
Saya kira Dikbud itu merasa bahwa yang menentukan masa depan Indonesia itu dia. Bikin kurikulum, walaupun sumbernya dari masyarakat, tapi sering terlambat. Kurikulum tahun lalu baru dipakai sekarang. Lebih cepat di luar, kan? Maka kalau saya, pendidikan itu tidak usah diatur. Perguruan Tinggi siapa pun boleh bikin. Dan itu masyarakat yang menilai. Hukum pasar! Titel MBA atau apa dilarang, kenapa? Alamiah aja. Nanti kalau kebanjiran itu orang ndak mau pakai, kan ndak masalah? Kalau banyak manajer belajar ilmu untuk mendapatkan MBA, itu kan bagus? Dalam pendidikan itu sebenarnya mereka dagang.
Kalau model-model pendidikan itu masyarakat yang mengembangkan, mungkin baru bagus. Karena pas dengan zaman itu. Misalnya Mc Donald mau bikin Universitas Mc Donald, kenapa tidak?
Bagaimana dengan Entrepreneur University yang Anda dirikan?
Sebagai entrepreneur, Saya punya visi Mega Entrepreneur. Artinya bagaimana seorang pengusaha bisa menciptakan pengusaha lainnya. Kalau pengusaha bisa menciptakan lapangan kerja, itu sudah biasa. Yang saya kejar adalah bagaimana saya bisa menciptakan banyak pengusaha. Dulu visi saya memang menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Kalau seperti itu kan lama. Mungkin hanya ribuan lapangan kerja. Tapi kalau bisa menciptakan banyak pengusaha, lapangan kerja yang tercipta lebih banyak lagi.
Karyawan saya pun saya usahakan bisa jadi pengusaha. Kayak manajer-manajer saya, semua sudah punya usaha di luar. Saya ditentang oleh Renald Kasali. Katanya menurut teori itu tidak bisa. ‘Orang kerja kok diajak merangkap jadi pengusaha, itu ndak bisa!’. Saya praktekkan ternyata bisa. Manajer saya punya perusahaan mebel.
Menurut Kiyosaki, di sini dia sebagai employee, di luar dia sebagai business owner karena yang mengelola orang lain. Ada manajer saya yang buka bengkel motor. Sopir saya punya kenteng mobil. Sopir saya yang lain punya bisnis jual beli handphone.
Karyawan-karyawan itu mau jadi manajer semua ? ndak mungkin kan… Harapan paling besar saya, ya mereka jadi pengusaha.
Sejak kapan Entrepreneur University berjalan?
Entrepreneur University (EU) berjalan baru setahun. Sebelumnya kita sudah sering adakan pelatihan di mana-mana. Tapi cuma beberapa hari, lalu selesai tidak ada follow up. Sekarang lebih jelas, kita ada follow up. Misalnya kita adakan tiga bulan, setelah itu ada klub entrepreneur. Yang itu bisa dilakukan lewat internet, pertemuan-pertemuan, dan juga konsultasi seperti tadi. Di EU diutamakan yang indeks prestasinya (IP) rendah. Memang pernah ada yang protes, orang mau masuk tapi IP-nya tinggi, dia jadi minder. Tapi memang saya lebih mudah mengajar orang yang tidak pintar. Kalau otak kiri sudah kuat, susah berubahnya.
Misalnya dia kuliah di akuntansi, yang feasible tidak feasible, udah, ndak berani-berani dia. Usaha itu bukan perhitungan sebelumnya. Hitungan yang terjadi, itulah usaha. Banyak yang terjadi kita tidak tahu dan tidak kita pikirkan sebelumnya. Saya di Primagama dulu kalau dipikir tidak rasional. Modal saya cuma Rp.300 ribu saja. Sekarang asetnya sudah hampir Rp.100 milyar, kan?
Rasionalnya di mana?
Tadi seorang direksi bank yang ingin membuat usaha. Seperti dia, dihitung-hitung terus, selalu tidak positif. Akhirnya tidak berani buka usaha. Saya bilang, “Jangan dihitung terus!” Usaha itu dibuka, baru dihitung. Ini street smart. Kalau dihitung baru dibuka, ndak akan buka-buka usaha. Makanya, yang membuat orang takut itu bukan sisi gelap, tapi justru sisi terang. Karena terang itu tahu hitung-hitungannya, tahu risikonya gedhe, jadi takut. Kalau gelap, tidak tahu apa-apa, usaha itu tidak takut. Dihitung atau tidak dihitung itu sama saja kok.
Padahal entrepreneur harus berani ambil risiko…
Itulah, ambil risiko itu berarti harus gelap. Maksudnya jangan terlalu banyak tahu. Setelah jalan, kita pakai ilmu street smart tadi. Street smart itu yang melahirkan kecerdasan entrepreneur yang dibutuhkan untuk pemula usaha. Isi kecerdasan entrepreneur itu ya kecerdasan emosional, spiritual, dan basisnya di otak kanan.
Bagaimana cara Anda merealisasikan gagasan Mega Entrepreneur?
EU ini saya yang buka dan pelatihannya saya yang mengajar sendiri. Saya bukan cari untunglah, tapi semacam aktulisasilah buat saya. Karena saya ingin jadi Mega Entrepreneur tadi. Sehingga saya bela-belain, ndak harus untung. Kalau nombokpun saya mau untuk memberikan dakwah tentang entrepreneurship ini. Itu yang saya lakukan, dan sudah dua angkatan EU di lima kota. Perkembangan pesertanya cukup positif. Yang sama sekali tidak berani berusaha, kini jadi berani.
Bagaimana tren kewirausahaan ke depan?
Saya kira itu suatu keharusan. Kalau negara ini mau maju, harus banyak pengusahanya. Kita belum ada kementrian yang khusus mengurusi wirausaha. Di Indonesia banyak bisnis yang bisa dikembangkan menjadi franchise dan tidak harus yang mahal. Di Malaysia sudah ada kementriannya, dan mentrinya mendorong mereka yang mau usaha franchise dsb.
Bagaimana entrepreneur yang ideal itu?
Ukuran ideal saya adalah dari banyaknya lapangan kerja yang diciptakan. Pengusaha yang bisa melahirkan pengusaha-pengusaha baru. Bisnisnya kalau bisa yang baik-baiklah. Saya suka mengurusi bisnis yang langsung ke pasar. Yang menilai dan menentukan bisnis saya ya pasar. Saya ndak model dengan bisnis lobi-lobi yang harus berhubungan dengan pemerintah.
Pernah mengalami pencerahan selama menjadi entrepreneur?
Saya mengembangkan sisi spiritual melalui dzikir atau meditasi. Bisnis itu, kalau bisa ya melibatkan yang “di atas”. Tidak bisa berjalan dengan diri kita sendiri. Maka saya kembangkan kecerdasan spiritual. Kalau menggunakan intuisi saja, hanya bisa menunjukkan sesuatu tujuan itu seperti apa…. Tapi kalau dzikir, melibatkan Tuhan, kuncinya justru membuat tujuan itu terjadi.
Misalnya diramal orang kita tidak hoki. Dengan dzikir itu bisa jadi hoki. Yang tidak baik jadi baik. Arah negatif bisa jadi positif. Maka, menantang teori itu yang utama! Makanya, yang membuat orang takut itu bukan sisi gelap, tapi justru sisi terang.
Bangkit
Wujudkanlah mimpi anda, kembangkanlah “penglihatan pemikiran” yang selama ini terpendam, berikanlah arti pada hidup yang anda cintai ini. Semuanya berawal dari sebuah impian. Dunia dengan segala isinya diciptakan Tuhan dari “impian-Nya”.
Kisah-kisah keberhasilan para tokoh yang berhasil mengubah dunia, bermula dari mimpi, seperti apa yang dilakukan Galiileo, Thomas Alva Edison, Einstein, dan lain-lain. Bangunan-bangunan besar seperti candi dan piramid juga dimulai dari impian. Bahkan, majalah ini hingga akhirnya sampai ke tangan pembaca, juga diawali dari impian. Bila demikian, tampaknya segala sesuatu sangatlah mungkin untuk diwujudkan. Masalahnya adalah kebanyakan orang telah membuang jauh-jauh mimpi mereka ke tempat sampah, atau merasa bahwa mimpi mereka merupakan hal yang mustahil. Padahal, hampir semua mimpi bisa diwujudkan dengan sedikit kecerdikan, sedikit keberanian serta dukungan emosional.
Sebagai ilustrasi, pertengahan tahun 70-an Bill Gates bermimpi bahwa komputer akan tersedia di setiap rumah pada suatu masa nanti; Akio Morita bermimpi bisa mendengarkan musik favoritnya sambil main tenis, tanpa harus mengganggu tetangga kiri-kanan; atau Sosrodjoyo yang bermimpi nantinya orang-orang akan memilih teh botol bikinan pabrik daripada repot-repot menyeduhnya di rumah.
Tetapi perlu kiranya dibedakan antara “mendambakan” dan “memimpikan”. Mendambakan bersifat pasif dan menunggu, hanya merupakan selingan iseng tanpa otak, tanpa upaya untuk mewujudkannya. Sedang memimpikan bersifat aktif dan berani mengambil inisiatif. la didukung oleh rencana dan tindakan untuk membuahkan hasil.
Tokoh-tokoh yang disebut di atas adalah contoh perbuatan memimpikan. Mereka tidak sekadar beranganangan, melainkan berupaya keras mewujudkan impiannya. Microsoft, Sony, dan Teh Sosro adalah hasil nyata dari mimpi-mimpi mereka.
Singkatnya, penglihatan pikiran membuka pintu untuk mewujudkan impian kita. Namun begitu pintu tersebut terbuka, harus ada tindakan nyata berupa: disiplin, kebulatan tekad, kesabaran, dan ketekunan bila kita ingin membuat impian tersebut menjadi kenyataan. Penglihatan Pikiran
Pada hakikatnya setiap insan memiliki dua jenis penglihatan: penglihatan mata dan penglihatan pikiran. Penglihatan mata adalah apa yang kita lihat ada secara fisik di sekeliling kita, misalnya: mobil, gunung, pulpen atau teman-teman kita. Sebaliknya, penglihatan pikiran adalah sebuah kekuatan untuk melihat bukan apa yang ada secara fisik, tetapi apa yang bisa ada setelah intelegensia manusia diterapkan. Penglihatan pikiran adalah kekuatan untuk bermimpi. Dr. David Schwartch, dalam The Magic of Thinking Success, yakin bahwa perasaan kita yang paling tak ternilai harganya adalah penglihatan pikiran. Penglihatan tersebut membentuk gambaran masa depan yang kita harapkan, rumah yang kita idamkan, hubungan keluarga yang kita dambakan, liburan yang akan kita ambil, atau penghasilan yang akan kita nikmati kelak (sumber : www.purdiechandra.com)
Tuesday, September 28, 2010
Monday, September 27, 2010
Kisah Sukses Puspo Wardoyo
KISAH SUKSES PUSPO WARDOYO
SUKSES BERBISNIS DENGAN MANAJEMEN KONFLIK
Bicara waralaba ayam bakar, ingat Wong Solo. Berdebat tentang Wardoyo, pemilik Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo. Malah dalam banyak hal, nama lelaki ini lebih beken ketimbang rumah makannya. Maklum, keberaniannya membuat acara Poligamy Award di suatu hotel beberapa waktu lalu, menimbulkan pro dan kontra. Apakah ia kebablasan dalam hal personal branding? Tunggu dulu. Ternyata, menurut pria kelahiran Solo 46 tahun lalu ini, apa yang ia lakukan memang disengaja. Kok bisa?
“Saya harus menciptakan konflik terus-menerus di benak orang supaya orang membicarakan saya,” ujar Direktur PT Sarana Bakar Diggaya ini blakbalakan. Bahkan ia mengungkapkan, jika perlu, ia membayar orang untuk mendemo dirinya sendiri. Tujuannya, supaya orang selalu membicarakan dirinya tanpa henti dan polemik menjadi panjang. Contohnya, isu poligami.
Bagi Puspo, apakah orang membicarakan hal positif atau negatif, untuk tahap awal bukanlah masalah. Yang penting, setiap saat orang membicarakan dirinya. Hal ini, dikatakannya, penting untuk bisnisnya. “Ketika orang membicarakan Puspo, itu berarti membicarakan Wong Solo, ” ujar suami dari empat wanita ini. Ia yakin, jika orang kenal Puspo, yang bersangkutan akan men- deliver hal itu ke Wong Solo.
Bagaimana Puspo bisa melakukan ini semua? Diceritakan, ketika pada tahun 1993 memulai bisnis ini, ia belum seterkenal sekarang. Ia memulai perjalanan usahanya dengan modal Rp. 700 ribu. Waktu itu orang mengenalnya hanya sebagai pedagang kaki lima di Bandara Polonia, Medan.
Namun suatu hari pada 1996, Koran daerah Medan, Waspada menulis seputar dirinya. Judulnya, “Puspo Wardoyo, Sarjana Membuka Ayam Bakar Wong Solo di Medan.” Sejak itu, bisnis rumah makannya sukses besar. Omsetnya naik 300%-400%. “Dari sini saya sadar dampak pemberitaan,” ujar mantan guru SMA di Bagansiapi-api, Sumatera Utara ini. Dan ia pun mulai mendekati pers.
Setelah cukup dekat dengan kalangan pers. Puspo mulai memahami cara kerja dunia pers. Antara lain, penting isu dalam pemberitaan. Sejak itu, ia mulai menciptakan isu atau konflik yang berkenaan dengan dirinya. “Isu atau konflik itu penting supaya media mau memberitakannya, tanpa kita memintanya,” ia menjelaskan. Isu-isu yang dibuatnya haruslah mengandung unsur tidak bermasalah. Malah kalau bisa, dengan isu tersebut, ia menjadi pahlawan. “karena seorang pionir adalah seorang pembuka, dan ia bisa disebut pahlawan,” katanya. Target besarnya adalah bagaimana mempromosikan bisnis.
Tentang sosok pahlawan ini, Puspo mencontohkannya dalam hal poligami. Ia memfigurkan dirinya sebagai pahlawan poligami. Sekaligus sebagai pengusaha rumah makan yang sukses dan andal. Di sini ia ingin meruntuhkan mitos bahwa poligami itu tabu.
Isu yang diluncurkan, antara lain sewaktu mendapat penghargaan Enterprise-50. Lalu, saat menerima penghargaan sebagai Waralaba Lokal Terbaik dari Presiden RI Megawati. Dan terakhir yang bikir geger Poligamy Award. Tak tanggung-tanggung, dana tak kurang dari Rp. 2 miliar dikucurkannya untuk acara ini.
Tentang isu poligami, Puspo berujar, “Ini positif dan paling efektif. Karena ada kebenaran, tapi tak semua orang berani mengungkapkannya.” Toh, ia melihat, dari sisi agama, apa yang dilakukannya tak melanggar aturan. Ia sadar, banyak orang yang setuju dan banyak juga yang tak setuju. “Ketika orang bicara poligami, tak akan pernah tuntas,” ujarnya. Hal itu, ia menambahkan, akan memunculkan konflik di antara mereka.
Puspo mengakui ia sangat terkesan dengan isu Poligamy Award. Karena, setelah acara tersebut diselenggarakan, banyak sekali tanggapan dari masyarakat. “Ini puncak promosi saya,” ujarnya bangga. Diakuinya, ini isu yang paling berat dan seru yang pernah diluncurkannya. “Karena isu ini melawan arus,” tambahnya. Isu-isu tersebut ternyata tidak dibuatnya sendiri. Ia membentuk sejumlah tim. Tim yang terdiri dari para wartawan ini tersebar di beberapa kota, antara lain Jakarta, Badung, Surabaya, Solo, Malang, Bali dan Medan. Namun, ia tak menyerahkan pembuatan isu begitu saja kepada timnya. “Semua tetap di bawah kepemimpinan saya,” katanya. Dua minggu sekali ia mengadakan rapat untuk menetapkan isu dalam satu bulan.
Hasil evaluasinya saat ini menunjukkan, nama Puspo Wardoyo sudah dikenal banyak orang. Adapun dari sisi bisnis, ia merasa relatif berhasil. Saat ini sejumlah rumah makan di berbagai kota besar dimilikinya. Sejumlah proposal kerjasama juga terus mengalir ke mejanya. Namun, kalau dibandingkan dengan rumah makannya, ia mengakui namanya cenderung lebih popular ketimbang Wong Solo. Itulah sebabnya, agar seimbang, kini ia mengupayakan agar nama rumah makannya kian dikenal. Karena hal itu, beberapa langkah kini digodoknya. Caranya? Membuat sejumlah isu baru! Pertama, isu yang berisikan pesan bahwa dirinya adalah sosok yang baik, sabar, penuh kasih sayang dengan keluarga, dan dermawan. “Saya ingin colling down setelah kasus Poligamy Award, untuk meraih simpati,” ujarnya terus terang. Berikutnya, fokus pada product branding. Sejumlah produk unggulan Wong Solo akan segera diluncurkan.
Menurutnya, selama ini Wong Solo dikenal sebagai rumah makan biasa. Padahal, usahanya ini memiliki sejumlah produk unggulan. Contohnya, beras terbaik dari Delangga. Juga, kangkung unggulan yang hidup di air panas dari Cibaya, yang karena daya tahannya yang kuat dinamakannya Kangkung Perkasa. Selain itu, ia juga memiliki beberapa produk unggulan yang namanya nyerempet-nyerempet poligami, seperti Jus Poligami, Jus Dimadu, atau Tumis Cah Poligami. Terlepas dari kontroversi yang ada, suka tidak suka, Puspo adalah salah satu pebisnis yang piawai mem-brand-kan dirinya.
“Saya harus menciptakan konflik terus-menerus di benak orang supaya orang membicarakan saya,” ujar Direktur PT Sarana Bakar Diggaya ini blakbalakan. Bahkan ia mengungkapkan, jika perlu, ia membayar orang untuk mendemo dirinya sendiri. Tujuannya, supaya orang selalu membicarakan dirinya tanpa henti dan polemik menjadi panjang. Contohnya, isu poligami.
Bagi Puspo, apakah orang membicarakan hal positif atau negatif, untuk tahap awal bukanlah masalah. Yang penting, setiap saat orang membicarakan dirinya. Hal ini, dikatakannya, penting untuk bisnisnya. “Ketika orang membicarakan Puspo, itu berarti membicarakan Wong Solo, ” ujar suami dari empat wanita ini. Ia yakin, jika orang kenal Puspo, yang bersangkutan akan men- deliver hal itu ke Wong Solo.
Bagaimana Puspo bisa melakukan ini semua? Diceritakan, ketika pada tahun 1993 memulai bisnis ini, ia belum seterkenal sekarang. Ia memulai perjalanan usahanya dengan modal Rp. 700 ribu. Waktu itu orang mengenalnya hanya sebagai pedagang kaki lima di Bandara Polonia, Medan.
Namun suatu hari pada 1996, Koran daerah Medan, Waspada menulis seputar dirinya. Judulnya, “Puspo Wardoyo, Sarjana Membuka Ayam Bakar Wong Solo di Medan.” Sejak itu, bisnis rumah makannya sukses besar. Omsetnya naik 300%-400%. “Dari sini saya sadar dampak pemberitaan,” ujar mantan guru SMA di Bagansiapi-api, Sumatera Utara ini. Dan ia pun mulai mendekati pers.
Setelah cukup dekat dengan kalangan pers. Puspo mulai memahami cara kerja dunia pers. Antara lain, penting isu dalam pemberitaan. Sejak itu, ia mulai menciptakan isu atau konflik yang berkenaan dengan dirinya. “Isu atau konflik itu penting supaya media mau memberitakannya, tanpa kita memintanya,” ia menjelaskan. Isu-isu yang dibuatnya haruslah mengandung unsur tidak bermasalah. Malah kalau bisa, dengan isu tersebut, ia menjadi pahlawan. “karena seorang pionir adalah seorang pembuka, dan ia bisa disebut pahlawan,” katanya. Target besarnya adalah bagaimana mempromosikan bisnis.
Tentang sosok pahlawan ini, Puspo mencontohkannya dalam hal poligami. Ia memfigurkan dirinya sebagai pahlawan poligami. Sekaligus sebagai pengusaha rumah makan yang sukses dan andal. Di sini ia ingin meruntuhkan mitos bahwa poligami itu tabu.
Isu yang diluncurkan, antara lain sewaktu mendapat penghargaan Enterprise-50. Lalu, saat menerima penghargaan sebagai Waralaba Lokal Terbaik dari Presiden RI Megawati. Dan terakhir yang bikir geger Poligamy Award. Tak tanggung-tanggung, dana tak kurang dari Rp. 2 miliar dikucurkannya untuk acara ini.
Tentang isu poligami, Puspo berujar, “Ini positif dan paling efektif. Karena ada kebenaran, tapi tak semua orang berani mengungkapkannya.” Toh, ia melihat, dari sisi agama, apa yang dilakukannya tak melanggar aturan. Ia sadar, banyak orang yang setuju dan banyak juga yang tak setuju. “Ketika orang bicara poligami, tak akan pernah tuntas,” ujarnya. Hal itu, ia menambahkan, akan memunculkan konflik di antara mereka.
Puspo mengakui ia sangat terkesan dengan isu Poligamy Award. Karena, setelah acara tersebut diselenggarakan, banyak sekali tanggapan dari masyarakat. “Ini puncak promosi saya,” ujarnya bangga. Diakuinya, ini isu yang paling berat dan seru yang pernah diluncurkannya. “Karena isu ini melawan arus,” tambahnya. Isu-isu tersebut ternyata tidak dibuatnya sendiri. Ia membentuk sejumlah tim. Tim yang terdiri dari para wartawan ini tersebar di beberapa kota, antara lain Jakarta, Badung, Surabaya, Solo, Malang, Bali dan Medan. Namun, ia tak menyerahkan pembuatan isu begitu saja kepada timnya. “Semua tetap di bawah kepemimpinan saya,” katanya. Dua minggu sekali ia mengadakan rapat untuk menetapkan isu dalam satu bulan.
Hasil evaluasinya saat ini menunjukkan, nama Puspo Wardoyo sudah dikenal banyak orang. Adapun dari sisi bisnis, ia merasa relatif berhasil. Saat ini sejumlah rumah makan di berbagai kota besar dimilikinya. Sejumlah proposal kerjasama juga terus mengalir ke mejanya. Namun, kalau dibandingkan dengan rumah makannya, ia mengakui namanya cenderung lebih popular ketimbang Wong Solo. Itulah sebabnya, agar seimbang, kini ia mengupayakan agar nama rumah makannya kian dikenal. Karena hal itu, beberapa langkah kini digodoknya. Caranya? Membuat sejumlah isu baru! Pertama, isu yang berisikan pesan bahwa dirinya adalah sosok yang baik, sabar, penuh kasih sayang dengan keluarga, dan dermawan. “Saya ingin colling down setelah kasus Poligamy Award, untuk meraih simpati,” ujarnya terus terang. Berikutnya, fokus pada product branding. Sejumlah produk unggulan Wong Solo akan segera diluncurkan.
Menurutnya, selama ini Wong Solo dikenal sebagai rumah makan biasa. Padahal, usahanya ini memiliki sejumlah produk unggulan. Contohnya, beras terbaik dari Delangga. Juga, kangkung unggulan yang hidup di air panas dari Cibaya, yang karena daya tahannya yang kuat dinamakannya Kangkung Perkasa. Selain itu, ia juga memiliki beberapa produk unggulan yang namanya nyerempet-nyerempet poligami, seperti Jus Poligami, Jus Dimadu, atau Tumis Cah Poligami. Terlepas dari kontroversi yang ada, suka tidak suka, Puspo adalah salah satu pebisnis yang piawai mem-brand-kan dirinya.
(egg) box frenzy
From writing for the famous Italian movie magazine Galaxy and co-authoring Four Flies on Grey Velvet to directing such 'classics' as Lou Ferrigno's big screen debut Hercules, Dario Argento's contempary Luigi Cozzi's career trajectory has been nothing if not interesting.
Three films in particular stand out from his resume, the fucking abysmal Caroline Munro starring Argento/Three Mothers sequel/tribute The Black Cat, the Caroline Munro (again, does he have dodgy pics of her stashed away?)/David Hasslehoff space fantasy Starcrash and...
Opening as most 80's Italian horror movies do, with aerial shots of New York and an ominous synth score (this time supplied by Italy's finest prog rock legends Goblin), Contamination begins with a mysterious 'ghost ship' approaching the harbour. Where is her crew? why did no-one finish their meal? and what is really stored in the hold?
New York's finest, Lieutenant Tony Aris (played by the fantastically tanned Marino Mase) calls on the bizarrely out of (lip) synch Dr. Turner to explore the ship with him and a group of faceless (literally, they're all wearing bio-hazard masks) cops, who after wandering around in the dark for ten minutes come across the bloodied remains of the crew.
Turner is shocked, it appears that everyone on board either:
A. was replaced by shoddily cut up shop window dummies covered in cow intestines and jam.
or
B. exploded.
After depositing their lunch over one of the corpses (as you do) our intrepid band carefully creep into the ships hold, only to discover boxes upon boxes marked 'cafe' and what sounds like a tuba player with asthma.....oh and a big green glowing egg under a pipe.
Poking it with a pencil, Turner is shocked to see it burst open, showering him and all the team (save Lieutenant Aris) with what looks like a mix of PVA glue, green poster paint and KY jelly. Suddenly the team's stomachs explode! (did you guess right?) leaving Aris looking slightly bewildered and the audience ready for 90 minutes of pure terror.
Probably.
Aris is whisked away to a top secret military base run by the, um, 'lovely' Colonel Stella Holmes, who after stripping him naked, giving him an old blanket and locking him in a big fish tank explains that the eggs he found are a wee bit dangerous and that she runs a special operations unit (Section 5) specially set up to combat the menace of scary eggs and stuff and would he like to join?
Shoddily edited, inanely plotted and with a cast that appears to be sleep walking (yes my friends even Ian McCulloch), Contamination is still a must see classic of early 80's Italian exploitation.
It not so much as pays homage to Alien than breaks into its house, strips Ridley Scott's classic naked, bundles it in a cupboard and sticks its toothbrush up its arse.
For all it's faults tho (and they are legion) I'd defy you to find a more enjoyable egg based, exploding chest filled Eurohorror than this one.
It wears it's heart on it's sleeve (well down the front of it's shirt) and it's influences on a big neon billboard held aloft by flying pixies.
The effects are far too quaint to be called stomach churning and the scariest thing about it is the fact that it was once banned as a video nasty....that's right, you could be prosecuted for owning this back in the day.
But luckily not for making it.
Three films in particular stand out from his resume, the fucking abysmal Caroline Munro starring Argento/Three Mothers sequel/tribute The Black Cat, the Caroline Munro (again, does he have dodgy pics of her stashed away?)/David Hasslehoff space fantasy Starcrash and...
Contamination (AKA Alien Contamination, Contamination: Alien on Earth, Toxic Spawn. 1980)
Dir: Luigi Cozzi (AKA Lewis Coates)
Cast: Ian McCulloch, Louise Marleau, Marino Mase, Carlo De Mejo and a big green jelly.
Opening as most 80's Italian horror movies do, with aerial shots of New York and an ominous synth score (this time supplied by Italy's finest prog rock legends Goblin), Contamination begins with a mysterious 'ghost ship' approaching the harbour. Where is her crew? why did no-one finish their meal? and what is really stored in the hold?
New York's finest, Lieutenant Tony Aris (played by the fantastically tanned Marino Mase) calls on the bizarrely out of (lip) synch Dr. Turner to explore the ship with him and a group of faceless (literally, they're all wearing bio-hazard masks) cops, who after wandering around in the dark for ten minutes come across the bloodied remains of the crew.
Turner is shocked, it appears that everyone on board either:
A. was replaced by shoddily cut up shop window dummies covered in cow intestines and jam.
or
B. exploded.
"Shite in mah....oh".
After depositing their lunch over one of the corpses (as you do) our intrepid band carefully creep into the ships hold, only to discover boxes upon boxes marked 'cafe' and what sounds like a tuba player with asthma.....oh and a big green glowing egg under a pipe.
Poking it with a pencil, Turner is shocked to see it burst open, showering him and all the team (save Lieutenant Aris) with what looks like a mix of PVA glue, green poster paint and KY jelly. Suddenly the team's stomachs explode! (did you guess right?) leaving Aris looking slightly bewildered and the audience ready for 90 minutes of pure terror.
Probably.
How'd you like your eggs luv?
Aris is whisked away to a top secret military base run by the, um, 'lovely' Colonel Stella Holmes, who after stripping him naked, giving him an old blanket and locking him in a big fish tank explains that the eggs he found are a wee bit dangerous and that she runs a special operations unit (Section 5) specially set up to combat the menace of scary eggs and stuff and would he like to join?
Meow!, Ding dong!, You would etc.
Aris jumps at the chance and, clad in a pair of Ghostbusters overalls, accompanies Colonel Holmes and co. to a warehouse 'downtown' where they find what looks like jive talking Italian 'B' god Bobby Rhodes guarding hundreds of the killer eggs!
As the soldiers advance Rhodes bursts one of the eggs causing him and his buddies stomaches to explode (this leaves the eggs free to be destroyed by flame thrower equipped soldiers so I'm really at a loss to explain the logic in his plan).
"Scarper it's the parkie!"
As the soldiers advance Rhodes bursts one of the eggs causing him and his buddies stomaches to explode (this leaves the eggs free to be destroyed by flame thrower equipped soldiers so I'm really at a loss to explain the logic in his plan).
"Scarper it's the parkie!"
Back at base Holmes deduces that these eggs could only have come from Mars, brought back by astronauts on the last mission.
You see, it appears that one of the crew, Hubbard (played to ginger haired angry perfection by Italian horror veteran Ian McCulloch), had been ranting about finding a cavern full of big green tuba playing eggs on the red planet, but his usually jolly and humorous co-pilot, Hamilton, had calmly (some would say too calmly as if possessed) told everyone Hubbard was a mentalist so Colonel Holmes had him locked up!
You see, it appears that one of the crew, Hubbard (played to ginger haired angry perfection by Italian horror veteran Ian McCulloch), had been ranting about finding a cavern full of big green tuba playing eggs on the red planet, but his usually jolly and humorous co-pilot, Hamilton, had calmly (some would say too calmly as if possessed) told everyone Hubbard was a mentalist so Colonel Holmes had him locked up!
"Can you see what I see?" "Shut up you mentalist!"
There's only one thing she can do....go round to his house, slag off his sexual prowess apologise for calling him mad and ask him to join a secret mission to South America to investigate the company exporting the eggs.
McCulloch sighs, swigs some more Heineken and slaps the colonel round the head before agreeing to go too (well, he is out of booze and it's carnival season down there).
Cue stock footage of a plane, mixed with shots of holiday makers, children in big hats smoking cigars, Aris in a pair of obscenely tight trousers and white socks and we're off to the hotel.....but our heroes are being watched....Hamilton didn't die in a mysterious plane crash (I forgot to mention that sorry) but is in fact running the alien egg export company and his got something big, throbbing and slimy just for Colonel Holmes.....
McCulloch sighs, swigs some more Heineken and slaps the colonel round the head before agreeing to go too (well, he is out of booze and it's carnival season down there).
Cue stock footage of a plane, mixed with shots of holiday makers, children in big hats smoking cigars, Aris in a pair of obscenely tight trousers and white socks and we're off to the hotel.....but our heroes are being watched....Hamilton didn't die in a mysterious plane crash (I forgot to mention that sorry) but is in fact running the alien egg export company and his got something big, throbbing and slimy just for Colonel Holmes.....
"Hello, I'm bad."
It's a race against time to rescue the showering Stella and save the world! will they discover the secret of Hamilton's link to the eggs? Will Aris get his leg over with Holmes or will his quickfire one liners fail to ignite her passions? Why has Hubbard stolen a plane without telling anyone (to find more Heineken apparently)? and will they survive an audience with the pant wetting terror that is 'the alien cyclops'?
"Laugh now!"
Shoddily edited, inanely plotted and with a cast that appears to be sleep walking (yes my friends even Ian McCulloch), Contamination is still a must see classic of early 80's Italian exploitation.
It not so much as pays homage to Alien than breaks into its house, strips Ridley Scott's classic naked, bundles it in a cupboard and sticks its toothbrush up its arse.
For all it's faults tho (and they are legion) I'd defy you to find a more enjoyable egg based, exploding chest filled Eurohorror than this one.
It wears it's heart on it's sleeve (well down the front of it's shirt) and it's influences on a big neon billboard held aloft by flying pixies.
The effects are far too quaint to be called stomach churning and the scariest thing about it is the fact that it was once banned as a video nasty....that's right, you could be prosecuted for owning this back in the day.
But luckily not for making it.
Sunday, September 26, 2010
Rumah Makan Bebek Bengis , Kelezatan dan Ketekunan Sejak Masa Muda
Bagi masyarakat yang belum mengenal Rumah Makan Bebek Bengis mungkin akan merasa sedikit aneh. kenapa namanya bengis ?? nanti dijelaskan .. , Tapi soal rasa, Anda akan kesulitan mencari tandingannya. Bebek olahan ini memang makanan khas dari wilayah Indonesia timur, kota Surabaya , Jawa Timur. Dengan rasa yang unik dan istimewa tentu tak salah jika Bebek olahan ini berani mengusung slogan "Spesial Bebek goreng / Bakar khas Suroboyo".
Untuk menikmati makanan bebek olahan yang lezat ini Anda tentu tak perlu terbang atau naik kereta Argo Bromo Anggrek jauh-jauh menjelajah bagian timur Indonesia. Cukup bertandang ke Rumah Makan Bebek di Perumnas II , Tangerang tepatnya di " Jl. Borobudur Raya DD- 19 "atau di Pekayon Bekasi atau cabang lainnya di Jabodetabek . Bebek olahan ini sendiri sudah hadir dan dijadikan makanan favorit di Kota Pahlawan sejak sebelum kemerdekaan Republik Indonesia . Awalnya, Resto bebek didirikan oleh Seorang arsitek dari kegemaran nya menyantap bebek , namun ketika merantau ke Ibu Kota dan ingin makan masakan bebek yang rasanya sama persis dengan makanan bebek di Surabaya Ia sangat kesukaran sehingga timbulah ide untuk membuka sendiri Rumah Makan Bebek Khas Surabaya di tempat perantauannya tersebut.
Satu Porsi Bebek Bengis dilengkapi dengan lalapan dan sambal tiga macam disertai Teh khas dari Surabaya membuat rasa semakin mak nyooss dan sip parkusip...
Waktu berlalu dan Resto bebek ini terus berkembang pesat. Rumah makan yang awalnya hanya menempati satu kios kecil di Bekasi , ternyata berhasil memperluas seperti keadaan saat ini yang telah membuka 5 cabang di Jabodetabek . Ini menandakan kehadiran Resto Bebek Bengis banyak diterima dan tak sedikit yang kemudian menjadi pelanggan setia atau pun mengajak kerjasama namun pemiliknya sangat selektif dalam memilih calon mitra nya tersebut. Saat itu, bahkan hanya dengan satu kios kecil, pelanggan harus rela antri untuk bisa menyantap Bebek istimewa ini.Di tempat ini penggemar amat dimanjakan. Bagi pencinta Bebek , seporsi Bebek sudah dapat dinikmati sejak pukul 10.00 hingga pukul 22.00 malam. Jangan heran bila di pagi hari tempat ini sudah ramai didatangi penggemar Bebek . Suasana yang nyaman, bersih dan pelayanan yang cepat menjadi nilai lebih bagi pengunjungnya
Pengalaman Unik
Seporsi bebek besar disajikan dengan lalapan yang fresh diambil dari perkebunan hari itu juga Belum lagi sajian sambalnya yang amat khas dengan rasa pedas yang sangat menggigit yang dari situlah pengertian bengis diambil karena sambalnya bisa membuat kita meringis ringis ( ben = biar/agar -bahasa Surabaya- , ngis = meringis , jadi maksud nya biar meringis ) kenikmatan . di resto ini sambal disajikan dalam 3 jenis sambal yang berbeda , pengunjung dapat memilih sambal yang mereka suka , Sambal berwarna oranye yang amat pedas hingga "mengigit lidah ini" kerap menimbulkan kangen. Kalau Anda tidak begitu menyukai pedas harap sedikit berhati-hati saat memilih sambal yang bengis . Daging Bebek yang empuk dan kulit bebek yang maknyos dan lezat serta ditambah sambal yang terkenal dari Surabaya menjadikan setiap suapan terasa mantap dan ngangeni..( selalu bikin kangen) .
Bebek olahan ini memang disajikan dengan kualitas prima. Sejak awal pemilihan bahan baku, penggunaan bumbu bumbu kuliner , seluruh proses pengolahan sangat dijaga ketat. karena pada dasarnya daging bebek bertestur padat dengan sedikit lemak pada daging nya sehingga yang tidak tahu cara pengolahannya akan kerepotan membuat daging bebek terasa empuk dan bahkan di Resto Bebek Bengis ini tulang tulang bebek pun terasa nikmat dan gurih , bahkan banyak pelanggan yang juga memakan tulangya karena sudah empuk dan renyah , seluruh masakan pada resto ini mutunya terjamin karena bebas bahan pengawet, pewarna, atau bahan kimia yang membahayakan kesehatan. Ini menjadi garansi bagi pencinta masakan bebek yang memiliki gangguan pencernaan. Mereka bisa dengan tetap nikmat menyantap Masakan bebek ini . Bebek olahan ini pun tampil pede dengan bumbu bumbu rahasia dari rempah rempah pilihan yang hanya ada di Surabaya, sehingga orang dari luar surabaya akan kesulitan dalam menerka bumbu apa yang dipakai.
Selain Bebek , terdapat menu lainnya yang juga menjadi favorit yakni Kepiting Saus Padang dan Bakmi Goreng .Sejalan dengan berkembangnya outlet , saat ini resto tersebut juga menyediakan puluhan menu yang sangat istimewa berupa aneka Rawon (Surabaya), Aneka menu seafood (Udang, Cumi & Kepiting) dan Aneka menu Chinesse food selain aneka menu bebek yang memiliki ciri khas Bebek Bengis yang tidak akan ditemukan di masakan bebek manapun.
Rawon Surabaya yang warna dan rasanya menantang maut , berani mencoba kedahsyatan kuah nya dan kekenyalan daging nya???
Anda tertarik bekerjasama dengan pemilik Rumah Makan ini, silahkan tinggalkan pesan di kotak komentar dibawah ini...
Selamat Mencoba, sensasi masakan khas Kota Pahlawan....
Artikel Berkaitan :
1. Sejarah Raksasa bisnis Mc Donald's
2. Fakta terbaru : Restoran yang Bising Lebih Menarik Pengunjung
3. Cara Mudah dan Simple Membuat Restoran Ramai Pengunjung
4. Tinjauan Umum Usaha Restoran dan seluk beluknya
5. Tips Sukses Membuka Usaha Rumah Makan6. Rahasia Sukses Bisnis Rumah Makan Bersama Pasangan
7. Preman Blok M Insyaf Menjadi Pengusaha Restoran Sukses di Australia
8. Menciptakan Rumah Makan Ala Starbuck dan Rahasia Suksesnya
Saturday, September 25, 2010
Lindsay out of jail and Lohan, was his decision and met bail revoked
It turns out that TMZ was right when they say that Lindsay was not in jail without bail for two drug tests do not, the crimes were released. Lindsay's lawyer appealed to his name and his proposal to languish in jail without bail until his next meeting was canceled yesterday. Bail was set at $ 300,000, met him, and now that is terrorizing the streets again. The positive side is that small was ordered to take alcohol detection Scram bracelet and stay away from nightclubs. I am sure she will be buried many "drinks on the device, and not so much important business meetings, you can not miss in a dark bar, according to the clock at 1:00.
Here is the TMZ report:
Lindsay Lohan will soon be a free woman, because the judge just set aside the decision of Judge Elden Fox and Lilo on bail ... TMZ has learned.
The judge decided to Fox this morning ... Lindsay can be held without bail. But apparently, the judge's decision contradicts the law of California that gives defendants the right to bail in the case of misconduct.
Court Judge Patricia Schnegg, Los Angeles County supervisor assistant referees criminal released on bail only the judge's decision in the case of Fox Judges set bail of $ 300,000 Schnegg.
Lindsey, who is in prison Lynnwood right now to get in the near future ... maybe in a few hours.
UPDATE 06.02 GMT Watch Lindsay needs to get the Scram bracelet (this is his third) for 24 hours - and according to the conditions of bail can not be known throughout the medicine ... and must submit to the search for the prosecution at any time. In addition, the nightclubs of the big no-no ... Linds should stay away from places where alcohol is a "substantial argument."
UPDATE 22.10 CET clock: TMZ has learned that Lindsay published his beloved slave bail. Now you can get out of prison Lynnwood, and you can only ask for a ride.
[From TMZ]
Radar Online reminds us that this is the alcohol sensing device Scram third is that Lohan was equipped at the age of 24 years. I am sure that Judge Fox was aware that his decision to be quickly refuted, but he gave Lohan clock, never, never be anything other than delaying the button.
...................................................................................................
Lindsay Lohan is "very cautious" in his cell, separated
Might as well to all the details, right? Well, first of all in this recent photo of Lindsay Lohan reserve. That makes three, four, and this is the second in 2010. This is only the first photo ginger Lohan! Interesting factoid. It was also immediately after the release on bail of Lindsay, was handcuffed and taken away, but initially "seemed surprised" and "jumped to see his lawyer." Here is a wonderful artist representation, that courtesy of TMZ:
Also - looks like a police officer was harassing their rights? Maybe she muttered something about "Firecrotch." Anyhoodle TMZ received a statement from Shawn Chapman Holley, the judge said that Fox has no legal basis "for denying bail Lohan I tend to believe that the judge had every reason -. He said that if drugs or alcohol take back to jail, and he was alone.
I also think they should go to jail because they do not want to see your video more children. Apparently, this judge and the judge a Fox Fox, who, when Lindsay will, if it really before their hearing is October 22. I wonder if Dean "I Fired Up" would be tough games "with his" baby. " More: Lindsay Louboutins contributed $ 1,195 for his court appearance. I think Dean should take home, because the photographers have some photos of Dean in a pouch, as things Lindsay has been identified. Disgusting, Lindsay was not wearing shoes HANS.
So Lindsay is now in prison. The representative of the County Sheriff's Office in Los Angeles, said that the media is Lindsay. "Very cooperative, very modest and quiet they have asked more of it." Modesto? It's probably just break the conspiracy of the following Hijink. More: Lindsay is disconnected from the larger prison. See F-cking smile before going to court. She is a right little bitch.
.................................................................................................
Subscribe to:
Posts (Atom)